Pada suatu hari lahirlah kaka beradik bernama Panca (Laki-Laki) dan Sila (Perempuan) dari seorang ibu bernama Agustina istri dari bapak Agustus. mereka adalah anak ke-17 yang dilahirkan secara bersamaan (kembar). Jadi sebelumnya, 16 kaka mereka selalu meninggal dalam rahim ibunya. Panca adalah seorang laki-laki melankolis(penuh perasaan),baik hati,sangat cinta tanah air dan tidak tegaan, Sedangkan Sila adalah seorang perempuan yang agak tomboi, pemberani, cinta kesuksesan dan selalu bersemangat. Panca dan Sila awalnya adalah kaka beradik yang selalu akur dan saling sayang menyangi.
Hingga pada suatu saat mereka mulai sering berdebat saat mereka menginjak masa-masa SMP,tepatnya saat mereka menjadi ketua (Panca) dan wakil ketua (Sila) OSIS disekolahnya. Panca mempunyai pemikiran, "Bahwa segala tindakan itu harus dipikir ulang-ulang sampai matang,dan dengan berbagai ketelitian panca indera dimana hati harus lebih peka daripada ego sesaat". namu Sila membantahnya ,"Tindakan itu harus dilakukan secara cepat,lugas tanpa membuang waktu terlalu lama dimana efesiensi waktu harus dipertimbangkan serta ketegasan yang kuat juga harus mampu meyakinkan pendapat yang tepat. ini adalah soal ketegasan, bukan ego!!!" tegas Sila saat rapat OSIS.
Seiring waktu berjalan, makin parah saja pertikaiannya, sampai-sampai mereka
tidak mau satu SMA dan tidur satu kamar. mereka juga jarang tegur sapa, bahkan di meja makanpun mereka tidak pernah terlihat bersamaan. Tingkah laku mereka pun membuat kedua orang tua mereka semakin payah, ditambah Pak Agustus sudah cukup tua untuk bekerja dan hanya mampu mengandalkan uang pensiunnya karna ia adalah mantan guru PKN di sebuah SD.
Pada suatu saat sang ayah memberi nasehat kepada Panca,"Nak.. Memang benar setiap menentukan sesuatu itu kita butuh hati,tapi bukan terlalu berhati-hati yang orang butuhkan. Terkadang orang lebih menghargai ketegasan ketimbang kejujuran, karna mereka anggap ketegasan itu meyakinkan mereka". "Tetap saja saya tidak suka berbohong pak!!" saut Panca dengan keyakinannya. "Bukan harus berbohong juga, kamu bisa saja kan memberi bumbu ketegasan dari setiap sajian kata kata jujurmu itu nak. Bapak suka caramu dalam berkata jujur dan memiliki hati yang tulus, tapi kamu harus mencontoh Sila juga",Ayah Panca. Panca membalas, "Buat apa meniru orang yang egois itu??". Ayahnya meneruskan pembicaraan"Bukan itu yang harus kamu contoh nak, tapi keberaniannya,kegigihannya, semangat juangnya itu yang tidak kau miliki untuk bisa jadi pemimpin. tidak heran bila kamu nanti akan sering ditentang bila tidak memiliki keberanian dan ketegasan". (Panca pun hening).
Selang Sebulan hubungan antara Panca dan Sila masih kritis juga. Sampai pada akhirnya Ayah dan Ibu mereka di panggil yang maha kuasa karna kecelakaan saat berkendara sepeda motor. Panca dan Sila pun mulai merasa bersalah karna tidak dapat akur, tidak patuh dengan orang tua dan merasa jadi anak yang tidak berguna. Setelah kejadian itulah mereka pun kembali akur dan menjadi satu yaitu PANCASILA. Dimana terbentuknya sebuah hukum yang didedikasikan sebagai hasrat cinta tanah air serta tujuan kuat untuk mencapai kesuksesan bangsa. PANCASILA juga harus dikhayati dengan penuh perasaan, penuh pertanggung jawaban dan ketegasan untuk mewujudkannya.
Jadi Pesan dari penulis : Marilah kita junjung tinggi PANCASILA dengan sepenuh hati, dengan ikhlas sebagai bentuk cinta tanah air dan hasrat untuk memajukan bangsa. Jangan mau kalah dengan negara lain! Banggalah dengan apa yang ada di Indonesia! Cintailah PANCASILA! dan wujudkan hukum yang tertib! maka kita pun akan semakin nyaman dan berbangga hati menjadi Warga Negara Indonesia.
Sekian, Kurang Lebihnya saya mohon maaf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar