Tolong
menolong merupakan sebuah sifat dasar manusia. Namun tahukah Anda bahwa
tolong menolong itu sebenarnya bukan sebuah kewajiban melainkan sebuah
kebutuhan manusia yg paling mendasar. Tolong menolong sangat
diperlukannya manusia secara rutin untuk kesehatan jiwa serta batinnya.
Ada sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa seekor tikuspun mampu
menunjukkan kebutuhan tolong menolong sesamanya. Sesama tikus maksudnya.
Hasil temuan dari penelitian tersebut menunjukkan adanya kebutuhan
empati dan kebutuhan memberikan pertolongan. Ingat sekali lagi bahwa
tolong menolong adalah sebuah kebutuhan.
Secara alamiah dan secara alam bawah sadar, kita akan merasa tertekan
apabila kita melihat orang atau spesies lain mengalami penderitaan.
Primata lain, seperti monyet misalnya, telah diketahui memiliki rasa
tertekan ketika monyet lainnya juga tertekan dan cenderung untuk
memberikan pertolongan. Tikus juga menunjukkan tingkat depresi yang sama
saat melihat tikus lainnya tertekan, namun apakah ada tendensi untuk
membantu belum diketahui. Dr Bartal, Dr Decety dan Dr Mason dari
Unversity of Chicago mengembangkan sebuah model untuk mengetahui rasa
tolong menolog diantara tikus ini. Penilitian ini diinisiasi oleh
National Institute om Drug Abuse (NIDA) dan diterbitkan dalam jurnal
Science terbitan 9 Desember 2011.
Mereka menempatkan sepasang tikus bersama dalam sebuah kandang. Satu
tikus dibiarkan bebas berlari di dalam kandang, sementara satunya lagi
dimasukkan ke dalam tabung kecil seukuran badan tikus. Pada tabung
terdapat sebuah pintu yang hanya bisa dibuka dari luar oleh tikus yang
bebas berlarian.
Setelah rata-rata tujuh sesi percobaan, setiap tikus yang bebas mampu
belajar untuk membebaskan partner nya. Namun ketika tabung diisi oleh
tikus mainan, tikus yang bebas sama sekali tidak berminat untuk membuka
pintu tabung. Pada uji berikutnya diberikan dua tabung. Satu berisi
tikus yang terpenjara, satunya lagi berisi chocolate chip yang merupakan
makanan favorit para tikus. Bisa saja tikus yang bebas mengeluarkan
coklat terlebih dahulu baru kemudian membebaskan rekannya yang
terkurung. Namun yang terjadi adalah si tikus bebas membebaskan rekannya
dan kemudian makan chocolate chip bersama-sama.
Penelitian ini membuktikan bahwa empati dan tolong menolong merupakan
kebutuhan biologis dan bukanlah mandat neurobiologis. Hal yang sama yang
seharusnya terjadi pada manusia, namun nampaknya terdapat degradasi
moral neurobiologis sehingga di jaman sekarang ini jarang sekali yang
mau menolong dengan tulus. Coba bandingkan dengan tikus atau primata
lainnya yang terbukti mampu menolong dengan tulus terlepas dari
kebutuhan biologis dasar lainnya. Artinya mungkin sekarang derajat
manusia sedikit demi sedikit mulai mengalami pengurangan.
Sumber : http://dokterbagus.com/2011/12/26/empati-dan-tolong-menolong/
Rabu, 27 Juni 2012
Manusia & Kegelisahan
Fobia adalah
rasa takut yang berlebihan dan tidak wajar terhadap sesuatu obyek
benda, situasi, atau kejadian tertentu, yang ditandai dengan keinginan
untuk selalu menghindari sesuatu yang ditakuti itu. Perbedaan fobia
dengan rasa takut biasa adalah obyek yang ditakuti oleh penderita fobia
sebenarnya bukanlah obyek yang menakutkan bagi sebagian besar orang
normal.
Apabila seseorang penderita fobia secara tidak sengaja atau terpaksa bersinggungan dengan obyek yang ditakuti, maka akan terjadi reaksi panik, cemas, gemetar, nafas pendek dan cepat, jantung berdebar, serangan jantung, keringat dingin, ingin muntah, kepala pusing, badan lemas, tidak mampu bergerak, dan pingsan.
Ada Beberapa istilah sehubungan dengan fobia :
afrophobia — ketakutan akan orang Afrika atau budaya Afrika.
agoraphobia - takut pada lapangan
antlophobia — takut akan banjir.
bibliophobia - takut pada buku
caucasophobia — ketakutan akan orang dari ras kaukasus.
cenophobia — takut akan ruangan yang kosong.
claustrophobia - takut akan naik lift.
dendrophobia - takut pada pohon
ecclesiophobia - takut pada gereja
felinophobia - takut akan kucing
genuphobia - takut akan lutut
hydrophobia — ketakutan akan air.
hyperphobia - takut akan ketinggian
iatrophobia - takut akan dokter
japanophobia - ketakutan akan orang jepang
lygopobia - ketakutan akan kegelapan
necrophobia - takut akan kematian
panophobia - takut akan segalanya
photophobia — ketakutan akan cahaya.
ranidaphobia - takut pada katak
schlionophobia - takut pada sekolah
uranophobia - ketakutan akan surga
xanthophobia - ketakutan pada warna kuning
arachnophobia - ketakutan pada laba-laba
lachanophobia - ketakutan pada sayur-sayuran
Diantara ratusan jenis fobia tersebut, Sigmund Freud membagi fobia berdasarkan obyek sumber ketakutan menjadi dua macam, yaitu fobia umum dan fobia spesifik. Sedangkan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV, dibagi menjadi tiga macam fobia yaitu fobia sosial, fobia spesifik dan agorafobia.
Penyebab Fobia :
Cara Menghadapi Fobia
Sebagian besar penderita fobia menyembunyikan ketakutannya, atau tidak berterus terang kepada orang lain soal rasa takutnya yang tak wajar karena takut dianggap gila atau sakit jiwa oleh orang lain. Sebenarnya fobia bukanlah gangguan mental yang serius, orang yang menderita fobia tetap bisa beraktivitas normal dengan cara menghindari sumber rasa takutnya. Fobia terjadi karena pikiran bawah sadar kita salah memberi arti terhadap peristiwa traumatis yang menyebabkan fobia. Jadi tidak perlu malu atau merasa rendah diri apabila Anda menderita fobia. Mungkin Anda tidak tahu apa yang menyebabkan fobia Anda. Dengan hypnotherapy, anda bisa mengetahui penyebab sekaligus menyembuhkan fobia dengan mudah dan cepat.
Dengan hypnotherapy, Penderita akan di-regresi untuk menemukan penyebab fobianya, kemudian dilakukan pembelajaran ulang atas peristiwa penyebab fobia tersebut. Dengan pemahaman (persepsi) yang baru mengenai peristiwa traumatis tersebut, maka fobia akan sembuh seketika dan tidak kambuh dalam waktu yang sangat lama atau bahkan selamanya.
Saran
Jadi saran penulis jangan pernah malu untuk menceritakan fobia anda kepada para ahli yang dapat membantu menyembuhkan fobia anda. dan ubahlah persepsi anda terhadap peristiwa traumatis yang anda alami menjadi sebuah peristiwa yang normal dan tidak sepatutnya anda takuti. Ingatlah hanya Allah SWT yang layak untuk manusia takuti.
sumber : http://www.hypnosis45.com/fobia.htm & http://id.wikipedia.org/wiki/Fobia
Apabila seseorang penderita fobia secara tidak sengaja atau terpaksa bersinggungan dengan obyek yang ditakuti, maka akan terjadi reaksi panik, cemas, gemetar, nafas pendek dan cepat, jantung berdebar, serangan jantung, keringat dingin, ingin muntah, kepala pusing, badan lemas, tidak mampu bergerak, dan pingsan.
Ada Beberapa istilah sehubungan dengan fobia :
afrophobia — ketakutan akan orang Afrika atau budaya Afrika.
agoraphobia - takut pada lapangan
antlophobia — takut akan banjir.
bibliophobia - takut pada buku
caucasophobia — ketakutan akan orang dari ras kaukasus.
cenophobia — takut akan ruangan yang kosong.
claustrophobia - takut akan naik lift.
dendrophobia - takut pada pohon
ecclesiophobia - takut pada gereja
felinophobia - takut akan kucing
genuphobia - takut akan lutut
hydrophobia — ketakutan akan air.
hyperphobia - takut akan ketinggian
iatrophobia - takut akan dokter
japanophobia - ketakutan akan orang jepang
lygopobia - ketakutan akan kegelapan
necrophobia - takut akan kematian
panophobia - takut akan segalanya
photophobia — ketakutan akan cahaya.
ranidaphobia - takut pada katak
schlionophobia - takut pada sekolah
uranophobia - ketakutan akan surga
xanthophobia - ketakutan pada warna kuning
arachnophobia - ketakutan pada laba-laba
lachanophobia - ketakutan pada sayur-sayuran
Diantara ratusan jenis fobia tersebut, Sigmund Freud membagi fobia berdasarkan obyek sumber ketakutan menjadi dua macam, yaitu fobia umum dan fobia spesifik. Sedangkan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV, dibagi menjadi tiga macam fobia yaitu fobia sosial, fobia spesifik dan agorafobia.
Penyebab Fobia :
- Penyebab fobia paling banyak adalah peristiwa traumatis, terutama yang terjadi di masa kecil. Pada masa kecil pikiran logis kita belum berkembang baik, jadi banyak kejadian yang kita tanggapi secara emosional, sampai menimbulkan trauma dan kemudian muncul sebagai fobia.
- Budaya dan Keyakinan - Seperti di Jepang, Cina dan Korea, banyak orang takut dengan angka 4 (tetraphobia). Sedangkan di Italia takut banyak orang takut angka 17 yang dianggap sebagai angka sial. Banyak juga orang yang takut pada angka 13 karena meyakini bahwa angka 13 adalah angka sial. Keyakinan tentang angka-angka sial ini sudah membudaya dan diturunkan dari generasi ke generasi.
- Pola asuh yang keliru, misalnya terlalu melindungi, menyayangi, melayani, akan mempengaruhi keberanian dan kemandiriannya. Nantinya, bila anak jauh dari orang tuanya misalnya, itu akan mudah membuat anak merasa takut dan cemas. Ketakutannya bisa karena dia merasa sendirian atau takut kalau-kalau ada hal yang akan membahayakan menimpanya.
- Permodelan dan Pengkondisian. Anak-anak rentan "tertular" fobia apabila pernah menyaksikan seseorang fobia terhadap sesuatu, atau karena ditakut-takuti oleh orang-orang disekitarnya. Misalnya orang tua yang selalu menakut-nakuti anak "Jangan keluar rumah malam-malam, nanti kamu diculik hantu yang seram". Apabila ancaman semacam ini terus-menerus diterima anak, anak bisa menderita fobia hantu sekaligus fobia malam dan fobia gelap, walaupun seumur hidup tidak pernah melihat hantu yang sesungguhnya. Belajar Untuk Merasa Takut. Anda juga bisa membiasakan diri untuk menjadi penderita fobia dengan cara pura-pura takut setiap kali bersinggungan dengan suatu obyek. Tapi siapa yang mau pura-pura takut agar jadi penakut?
Cara Menghadapi Fobia
Sebagian besar penderita fobia menyembunyikan ketakutannya, atau tidak berterus terang kepada orang lain soal rasa takutnya yang tak wajar karena takut dianggap gila atau sakit jiwa oleh orang lain. Sebenarnya fobia bukanlah gangguan mental yang serius, orang yang menderita fobia tetap bisa beraktivitas normal dengan cara menghindari sumber rasa takutnya. Fobia terjadi karena pikiran bawah sadar kita salah memberi arti terhadap peristiwa traumatis yang menyebabkan fobia. Jadi tidak perlu malu atau merasa rendah diri apabila Anda menderita fobia. Mungkin Anda tidak tahu apa yang menyebabkan fobia Anda. Dengan hypnotherapy, anda bisa mengetahui penyebab sekaligus menyembuhkan fobia dengan mudah dan cepat.
Dengan hypnotherapy, Penderita akan di-regresi untuk menemukan penyebab fobianya, kemudian dilakukan pembelajaran ulang atas peristiwa penyebab fobia tersebut. Dengan pemahaman (persepsi) yang baru mengenai peristiwa traumatis tersebut, maka fobia akan sembuh seketika dan tidak kambuh dalam waktu yang sangat lama atau bahkan selamanya.
Saran
Jadi saran penulis jangan pernah malu untuk menceritakan fobia anda kepada para ahli yang dapat membantu menyembuhkan fobia anda. dan ubahlah persepsi anda terhadap peristiwa traumatis yang anda alami menjadi sebuah peristiwa yang normal dan tidak sepatutnya anda takuti. Ingatlah hanya Allah SWT yang layak untuk manusia takuti.
sumber : http://www.hypnosis45.com/fobia.htm & http://id.wikipedia.org/wiki/Fobia
Langganan:
Postingan (Atom)